Bagikan artikel ini :

Bersukacita Senantiasa

Filipi 4:4-12

Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!
- Filipi 4:4

Semua orang, termasuk Anda pasti ingin hidup bersukacita dan bergembira, bukan? Alkitab pun kerap kali mengingatkan kita untuk bersukacita. Namun kenyataan, sering kali kita harus menjumpai situasi yang tidak membawa sukacita. Bersukacita tidak selalu berarti perasaan yang terus menerus kita rasakan, tetapi merupakan sebuah sikap dan pilihan. Mustahil dan tidaklah sehat bila kita selalu bersukacita apa pun kondisi yang dihadapi. Firman Tuhan juga menegaskannya, “ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap, ada waktu untuk menari.” (Pkh. 3:4). Orang yang bersukacita dalam Tuhan tetap bisa bersedih, tetapi ia tidak terbebani oleh apa yang dialaminya.

Mengapa bersukacita senantiasa? Karena Yesus telah memilih kita dan kita dipilih untuk bersukacita karena diselamatkan oleh karya penebusan darah Kristus (Yoh. 15:9-11). Kita bersukacita karena sukacita adalah salah satu dari sembilan buah Roh (Gal. 5:22-23). Orang yang dewasa secara rohani pasti menghasilkan buah Roh dalam hidupnya (Mat. 3:8). Kita dapat menghasilkan buah Roh apabila memiliki persekutuan dengan Tuhan, yaitu dengan taat melakukan firman dan hidup di dalam kasih-Nya (Yoh. 15:4, 10).

Bagaimanakah kita dapat hidup bersukacita senantiasa? Pertama, percaya kepada Tuhan (ay. 6-7). Sukacita muncul saat seseorang memercayai Tuhan dan menyandarkan hidup kepada-Nya. Ia tahu bahwa Tuhan berkuasa dan mengasihinya. Kedua, tetap bersyukur dalam segala hal (ay. 12-13). Bersyukur berarti melihat apa yang telah Tuhan berikan atau lakukan bagi kita. Sering kali kita hanya memfokuskan pada apa yang belum Tuhan lakukan dalam hidup kita, kita gagal melihat apa yang Tuhan telah perbuat bagi kita. Ketiga, tetap bersikap baik hati (ay. 5). Orang yang bersukacita adalah orang yang baik hatinya. Ia bermurah hati dan suka memberi, sebab tahu bahwa apa pun yang ada padanya merupakan pemberian Tuhan. Ia memberi sebab yakin pada pemeliharaan Tuhan atas hidupnya. Memberi tidak akan membuatnya kekurangan, sebaliknya memberi membuatnya menerima lebih dari Tuhan.

Sudahkah Anda melakukan semua nasihat di atas? Jika sudah maka “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (ay. 7).


Refleksi Diri:

  • Bagaimana kita dapat menerapkan instruksi Paulus untuk bersukacita dalam Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, terutama di tengah-tengah tantangan dan kesulitan?
  • Apa peran doa dan syukur dalam mencapai ketenangan hati yang melebihi segala pengertian, seperti yang dijanjikan dalam ayat 7?