Bagikan artikel ini :

Beroleh Dunia, Tapi Kehilangan Nyawa

Matius 16:21-28

Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
- Matius 16:26

Kita sering kali dihadapkan pada pilihan-pilihan yang tampaknya menggiurkan dan menjanjikan kebahagiaan, serta keberhasilan. Namun, firman Tuhan hari ini mengajak kita merenungkan pilihan hidup yang sejati.

Konteks ayat emas di atas, Yesus berbicara kepada murid-murid-Nya setelah menyatakan tentang penderitaan, kematian, dan kebangkitan-Nya (ay. 21). Petrus menarik Yesus ke samping dan menegur-Nya, mengatakan bahwa hal itu tidak akan terjadi pada-Nya. Yesus lalu menegur Petrus dengan keras, menyebutnya “Iblis” dan mengatakan bahwa ia menjadi batu sandungan karena memikirkan hal-hal manusiawi, bukan hal-hal Allah (ay. 22-23). Kemudian Yesus menjelaskan syarat-syarat menjadi pengikut-Nya, yaitu menyangkal diri, memikul salib, dan mengikuti-Nya (ay. 24).

Apa makna “kehilangan nyawa” pada ayat emas? Kata “nyawa” dalam bahasa Yunani adalah psuchē yang juga berarti jiwa atau kehidupan. Yesus mengingatkan bahwa meskipun seseorang dapat memperoleh kekayaan duniawi, semua itu tidak berarti jika akhirnya kehilangan nyawa yang kekal. Jiwa manusia sangat berharga di mata Allah. Kehilangan jiwa berarti kehilangan kehidupan kekal bersama Allah. Dunia dengan segala kemegahannya tidak dapat menebus nyawa atau jiwa seseorang.

Apa aplikasinya dalam hidup kita? (1) Kita harus menilai ulang prioritas hidup. Apakah kita mengejar harta, kekayaan, dan status duniawi dengan mengorbankan nilai-nilai rohani dan hubungan kita dengan Allah? Bagaimana kita menghabiskan waktu, mengambil keputusan-keputusan besar dalam hidup, seperti pekerjaan, hubungan, dan tujuan hidup? (2) Mengikut Yesus berarti siap untuk menyangkal keinginan dan ambisi pribadi yang bertentangan dengan kehendak Allah. Ini bisa berarti membuat keputusan yang sulit, seperti menolak kesempatan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Kristiani atau mengambil langkah berani dalam iman. (3) Memikul salib melambangkan kesediaan untuk menanggung penderitaan dan pengorbanan demi Kristus. Dalam konteks modern, bisa berarti menahan godaan untuk berkompromi dengan dosa, berdiri teguh dalam iman meski dihadapkan dengan tekanan sosial atau pekerjaan.

Ingatlah, kehidupan kekal bersama Kristus adalah tujuan akhir kita. Marilah berkomitmen untuk hidup bagi Kristus, yang telah memberikan hidup-Nya bagi kita, dengan hidup memuliakan Allah dalam segala hal yang kita lakukan.


Refleksi Diri:

  • Apa keputusan dan tindakan Anda di masa lalu, lebih berfokus pada pencapaian duniawi atau mengikuti nilai-nilai Kerajaan Allah?
  • Apakah Anda sekarang siap untuk mengejar hal-hal surgawi demi menghidupi panggilan Yesus? Apa langkah konkretnya?