Bagikan artikel ini :

Berani Bertindak Melampaui Batas

Kisah Para Rasul 15:1-11

Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu.
- Kisah Para Rasul 15:2a

Tanggal 5 Desember 2013 adalah hari berkabung bagi sebagian besar rakyat Afrika Selatan. Pada tanggal tersebut presiden sekaligus pejuang kesetaraan, yaitu Nelson Mandela meninggal dunia. Mandela terkenal karena perjuangannya menghapus praktik Apartheid yang lama eksis di Afrika Selatan. Praktik tersebut menganggap ras kulit putih statusnya tinggi dan ras kulit hitam merupakan warga kelas dua. Inilah praktik yang Mandela coba lawan sampai harus berjuang melampaui batas dengan dipenjara, ditindas, dan dilecehkan.

Jika kita memperhatikan dengan teliti perikop bacaan hari ini, hal yang sama juga dilakukan oleh Rasul Paulus dan Barnabas. Mereka berdua berusaha melawan dan membantah pendapat yang mengatakan, jikalau seseorang tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, ia tidak dapat diselamatkan (ay. 1). Paulus juga berani menentang pandangan bahwa orang-orang bukan Yahudi harus disunat, padahal keselamatan diperoleh hanya oleh kasih karunia melalui pengorbanan Kristus di kayu salib (ay. 10-11). Paulus dan Barnabas berani bertindak melampaui batas demi mengabarkan Injil.

Mengapa kita juga perlu berani bertindak melampaui batas? Pertama, karena Allah mengasihi bangsa-bangsa lain. Rasul Yohanes mengatakan, “Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.” (1Yoh. 4:10). Allah mengasihi manusia dan ingin menyelamatkan mereka dari dosa. Dia mau kita bertindak supaya orang-orang yang belum percaya tahu mengenai kasih-Nya. Kedua, karena Allah tidak membeda-bedakan manusia. Hal ini terlihat jelas dalam ayat 9, “dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita (Yahudi) dengan mereka (non-Yahudi), sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman.” Setiap manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, semua sama di hadapan Allah yang Mahatahu. Hal yang sama dikatakan oleh Petrus, “Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang.” (Kis. 10:34b).

Kristus telah banyak memberikan teladan dalam melayani sesama tanpa membedabedakan dan berani bertindak demi Injil. Ini seharusnya mendorong kita untuk berani memberitakan Injil tanpa memandang suku atau ras karena Allah telah lebih dulu mengasihi kita. Ayo, berani bertindak melampaui batas!


Refleksi Diri:

  • Bagaimana Anda memandang atau menilai sesama yang berbeda dengan Anda? Apakah ada kasih Allah saat Anda melihat mereka?
  • Apa saja yang menghalangi Anda untuk bertindak melampaui batas dalam memberitakan Injil?