Bagai Kacang Lupa Kulit
Hakim-hakim 8:22-35
Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.
- Amsal 30:8-9
Salah satu kutipan terkenal dari film Batman adalah you either die a hero or live long enough to become the villain (kamu entah mati sebagai pahlawan atau hidup cukup lama untuk menjadi orang jahat). Inilah yang terjadi pada Gideon. Kita melihat perjalanan imannya menjadi seorang pahlawan (hero) yang gagah berani. Namun, di bagian ini kita melihat kejatuhannya menjadi seorang jahat (villain) yang menyesatkan rakyatnya.
Orang-orang Israel kagum akan keperkasaan dan kegagahan Gideon sehingga ingin mengangkatnya menjadi raja. Awalnya Gideon menolak dan mengatakan bahwa Tuhan-lah raja mereka (ay. 23). Namun, godaan kekuasaan terlalu kuat sehingga meski Gideon tidak menjadi raja, tindakannya menunjukkan bahwa sebenarnya ia menghendaki kedudukan tersebut. Pertama, Gideon mempunyai istri banyak (ay. 30). Menikahi banyak wanita menunjukkan bahwa ia berlagak seperti layaknya raja. Kedua, Gideon memberi nama salah satu anaknya Abimelekh (ay. 31), yang berarti, bapaku adalah raja. Ketiga, dan yang paling kurang ajar, membuat efod, pakaian yang hanya boleh dikenakan imam besar, dan menempatkannya di Ofra. Akibatnya, orang Israel tidak beribadah kepada Tuhan di Kemah Suci, tetapi malah menyembah Efod tersebut. Gideon telah menyesatkan orang-orang Israel (ay. 27).
Sungguh tidak mudah bagi orang yang sukses untuk tetap rendah hati dan mengingat bahwa ia hanyalah sekadar alat Tuhan yang dipakai meraih hal-hal besar. Begitu mudah bagi manusia untuk menjadi seperti kacang lupa kulitnya. Gideon yang pencapaian pertamanya adalah untuk menghancurkan mezbah Baal, dewa palsu (Hak. 6:28), berakhir dengan menciptakan dewa palsu berupa efod yang menyesatkan orang Israel. Ia lupa bahwa segala pencapaiannya adalah dari Tuhan semata.
Demikian pula dengan kita. Sangat mudah bagi kita untuk melupakan Tuhan di dalam kesuksesan kita. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk meminta makanan yang secukupnya (Mat. 6:11), bukan makanan yang berlimpah ruah, supaya kita tidak lupa akan Tuhan dalam kelimpahan tersebut.
Refleksi Diri:
- Apakah Anda ingat untuk bersyukur kepada Tuhan setiap kali memperoleh kesuksesan dan meraih pencapaian tertentu?
- Apa langkah praktis yang dapat Anda lakukan untuk menjaga diri Anda tetap rendah hati dan mengingat Tuhan?