Bagikan artikel ini :

Anti-Klimaks

Hakim-hakim 6:1-12

Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita,
- Mazmur 103:10

Di dalam berkomunikasi, entah melalui puisi, pidato, narasi, dan lain sebagainya, selalu terdapat suatu titik puncak dimana pesan utama disampaikan. Ketika membaca novel, tentunya Anda akan dibawa pengarang kepada pendahuluan, pengenalan tokoh dan konteks terlebih dahulu, sebelum novel itu perlahan mencapai klimaks. Bahkan, dalam percakapan sehari-hari pun Anda melakukannya. Ketika akan mendisiplin anak Anda, misalnya, Anda akan memulai dengan, “Dek, kamu tahu kamu salah apa, kan? Kamu sudah melakukan X, Y, dan Z…” Ini hanya pendahuluan saja. Percakapan akan mencapai klimaks ketika Anda menyampaikan pesan utamanya, yakni hukuman, “… jadi, selama seminggu ini, dedek gak boleh main di luar.”

Aneh sekali di bagian yang hari ini kita baca, pesan Tuhan berakhir dengan anti-klimaks. Orang-orang Israel berbuat jahat sehingga Tuhan membiarkan bangsa Midian menjajah mereka (ay. 1-5). Baru sesudah itu mereka berseru kepada Tuhan (ay. 6). Sebagai balasan, Tuhan mengutus nabi-Nya untuk menyampaikan pesan-Nya. Nabi tersebut mengingatkan akan kasih Tuhan yang menuntun mereka keluar dari Mesir (ay. 8-9), kemudian melanjutkan dengan perintah-Nya dan bagaimana mereka melanggar perintah tersebut (ay. 10). Seharusnya, sesudah “Tetapi kamu tidak mendengarkan perintah-Ku itu” (ay. 10b), pesan ini mencapai klimaks dengan perkataan, “oleh sebab itu, Aku akan menghukum kamu”, bukan? Anehnya, bukan itu yang kita baca. Pesan si nabi terputus di sana.

Sungguh pesan yang anti-klimaks! Mana hukumannya? Sebaliknya, justru kisah ini berlanjut dengan kedatangan Malaikat TUHAN yang mengatakan kepada Gideon, “TUHAN menyertai engkau.”

Ya, memang benar Israel sepantasnya dihukum. Namun, Tuhan malah beranugerah dan tetap menyertai mereka. Sebagian besar ahli biblika berpendapat bahwa Malaikat TUHAN yang datang kepada Gideoan adalah penampakan Pribadi Kedua Allah Tritunggal di Perjanjian Lama, yang kemudian di Perjanjian Baru berinkarnasi dan diam di tengah-tengah umat-Nya (Yoh. 1:14), yaitu Tuhan kita Yesus Kristus.

Sepenggal kisah ini merupakan rangkuman karya Tuhan kita dalam sejarah keselamatan. Tuhan yang ketika mendapati umat-Nya menyakiti hati-Nya dengan dosa, bukannya menghukum dan meninggalkan mereka, melainkan mendekat dan membawa mereka kembali kepada-Nya. Biarlah kiranya anugerah ini tidak membuat kita terlena dan menyepelekan dosa!


Refleksi Diri:

  • Apakah ada dosa-dosa masa lalu yang belum Anda akui dan bereskan di hadapan Tuhan, yang membuat Anda takut akan hukuman?
  • Apakah pesan anugerah Tuhan membuat Anda makin berjuang hidup dalam ketaatan dan kekudusan atau justru makin menggampangkan dosa?