Bagikan artikel ini :

Allah Pembela Yang Lemah

Hakim-hakim 20:29-48

Aku tahu, bahwa TUHAN akan memberi keadilan kepada orang tertindas, dan membela perkara orang miskin.
- Mazmur 140:13

Allah itu kasih”, “Tuhan pasti akan mengampuni kita”, dan lain-lain. Perkataan-perkataan ini membuat hati teduh dan hangat, bukan? Tetapi bagaimana dengan Allah yang “menuntut pembalasan” dan “menghakimi”?

Itulah yang terjadi di bagian ini. Tuhan menghukum suku Benyamin habis-habisan karena perbuatan biadab mereka terhadap gundik si orang Lewi (Hak. 19:25-26), juga karena mengabaikan teguran kesebelas suku yang mengonfrontasi mereka (Hak. 20:12-13). Hukuman Tuhan tidak tanggung-tanggung. Suku Benyamin berjumlah 26.700 (ay. 15). Dalam perang tersebut, 25.100 orang Benyamin tewas (ay. 35, dibulatkan menjadi 25.000 di ayat 46). Hanya 600 orang yang selamat (ay. 47). Bagaimana dengan 1.000-1.100 orang lain? Beberapa ahli biblika berpendapat bahwa ini adalah jumlah orang-orang yang tewas di dua peperangan pertama yang mereka telah menangkan.

Bayangkan, suku Benyamin maju dengan 26.700 orang dan kini tersisa 600. Hanya tersisa sekitar 2% saja. Bayangkan sebuah kota atau daerah yang kehilangan 98% laki-laki yang dapat berperang. Kini tersisa wanita, orang-orang tua, dan anak-anak saja di suku Benyamin. Semua terjadi karena orang Gibea telah berlaku biadab terhadap seorang wanita, yakni gundik si orang Lewi.

Demikian luar biasa penghakiman Tuhan untuk membalaskan kejahatan mereka kepada wanita tersebut. Tidak heran, Alkitab berkali-kali menekankan bahwa Tuhan adalah pelindung bagi mereka yang lemah. Orang-orang lemah dan tidak berdaya seperti gundik si orang Lewi, yang hanya dianggap sebagai barang semata, tidak memperoleh keadilan. Jadi, Tuhan-lah yang memberikan kepadanya keadilan. Kini, tanpa 98% laki-laki yang dapat berperang, Tuhan menjadikan suku Benyamin sama lemahnya dan tidak berdayanya seperti si gundik.

Mudah sekali bagi kita untuk berbuat semena-mena terhadap orang-orang yang lebih lemah dari kita. Pembantu kita, karyawan, supir ojol, cleaning service, bahkan mungkin anak-anak atau istri kita yang lebih lemah secara fisik. Hati-hati, mereka memang tidak bisa membela diri, tetapi Tuhan bisa dan akan membela mereka. Kenapa tidak berbuat semena-mena kepada orang yang lebih kuat saja? Kenapa harus kepada orang lemah? Karena takut dibalas? Yah, kalau kita takut pembalasan orang-orang kuat, bukankah seharusnya kita lebih takut pembalasan Tuhan yang membela orang-orang lemah.


Refleksi Diri:

  • Apakah Anda pernah merendahkan dan berbuat semena-mena kepada orang yang lebih rendah, baik secara sosial maupun finansial? Mengapa Anda melakukannya?
  • Mengapa Tuhan tidak mau kita berbuat semena-mena terhadap orang-orang lemah, bahkan Dia mau kita menjadi pembela bagi mereka?